Semarang-S2 IAT. Problem terjemahan al-Qur’an selama ini kurang mendapatkan perhatian dari para akademisi, khususnya dalam riset-riset penelitian. Riset-riset penelitian tafsir, mulai dari S1 hingga S3 lebih banyak terfokus pada produk tafsir ketimbang karya terjemah al-Qur’an. Padahal keduanya adalah sama-sama berusaha menguak pesan dan makna al-Qur’an. Untuk itu penting bagi mahasiswa melakukan riset secara serius terhadap produk terjemah al-Qur’an, khususnya terjemah Departemen Agama yang sedah mengalami dinamika sedemikian rupa. Siginifikasi ini akan lebih terlihat ketika membaca teis Andre Lefevere, yang mengatakan bahwa “translation is not made in vacuum”. Artinya, sama halnya dengan tafsir, terjemah juga sarat dengan kepentingan.
Dalam rangka memberikan wacana baru dalam kajian al-Qur’an dan Tafsir, Program Studi Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (S2 IAT) UIN Walisongo Semarang menghelat Studium General dengan tema Terjemah al-Qur’an: Sejarah, Dinamika, dan Ideologi. Kegiatan ini menghadirkan pakar dalam riset terjemah al-Qur’an, Dr. Hamam Faizin, MA. Penulis buku Sejarah Pencetakan al-Qur’an ini dalam presentasinya menyatakan bahwa dalam konteks riset bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, tema terjemah al-Qur’an kalah pamor dengan karya tafsir al-Qur’an. Padahal keduanya adalah sama-sama ingin menggali makna al-Qur’an.
Kajian terjemah al-Qur’an, khususnya terjemahan Departemen Agama menjadi isu penting karena beberapa alasan: (1) secara bahasa tarjamah itu maknanya adalah tafsir; (2) menerjemahkan itu sulit, ketimbang menafsirkan; (3) terjemah adalah aktivitas awal dalam menyebarkan gagasan-gagasan al-Qur’an kepada orang-orang non-Arab (vernakularisasi/ pembahasalokalan); (4) sebagaimana tafsir, terjemah al-Qur’an merupakan karya manusia; dan (5) melihat begitu susahnya dan dilematisnya dalam menerjemahkan al-Qur’an dan melihat begitu signifikan dan kontribustifnya terjemah al-Qur’an, maka sudah semestinya karyakarya dan pengetahuan tentang Terjemah al-Qur’an itu mendapatkan perhatian.
Acara yang dihadiri lebih dari 100 mahasiswa s2 IAT ini dibuka oleh Dekan Fakultas Ushuluddn dan Humaniora UIN Walisongo, Dr. Hasyim Muhammad. Dalam sambutannya, Hasyim memberikan apresiasi yang mendalam atas terselenggaranya acara ini. Menurutnya, tema ini penting untuk diperkenalkan kepada mahasiswa yang selama ini riset-riset yang dihasilkan hanya terfokus pada produk tafsir. Masih jarang riset mahasiswa yang membahas tentang tema terjemahan al-Qur’an, khususnya terjemahan Departemen Agama. Kalaupun ada, hanya sebatas problem vernakularisasi yang oleh mahasiswa masih dianggap sama dengan terjemahan dalam bahasa lokal.
Tak jauh beda dengan Hasyim, Kaprodi S2 IAT UIN Walisongo, Dr. Mohammad Nor Ichwan menegaskan bahwa kegiatan Studium General dihelat dalam rangka untuk memberikan wacara baru kepada mahasiswa tentang isu-isu penting yang sedang menjadi tren riset prodi IAT dengan menggunakan metode pembacaan yang berbeda. Dengan kegiatan semacam ini akan memberikan pemantik bagi mahasiswa untuk lebih cepat menemukan problem riset yang signifikan.
Untuk memberikan semangat kepada mahasiswa, narasumber memberikan doorprise menarik bagi mahasiswa yang bertanya.[]
More Stories
Asah Kemampuan Menulis Artikel Jurnal, Prodi Magister IAT UIN Walisongo Menghelat Pelatihan Penulisan Artikel Jurnal Nasional dan Internasional Bereputasi
Dorong Mahasiswa Lulus Tepat Waktu, Prodi Magister Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Walisongo Helat Klinik Percepatan Studi
Mengangkat Isu Bani Israel, Guru Besar Bidang Ilmu Hadis, Prof. Dr. Ahmad Musyafiq, M.Ag., Membongkarnya dari Perspektif Hadis