September 21, 2024

PROGRAM MAGISTER ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang

Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag., Melakukan Kunjungan ke KBRI Austria Menggemakan Pentingnya Islam Ramah di Tanah Eropa

S2 IAT Walisongo. Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag., Rektor UIN Walisongo melakukan kunjungan ke ke kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia yang berada di jalan Gustav Tschermakgasse 5-7, A-1180 Wien Austria. Kunjungan ini disambut oleh Wakil Kepala Perwakilan/Wakeppri yakni Bapak Akio Alfiano Tamala, karena kebetulan di hari yang sama Bapak Duta Besar sedang dinas ke luar kota. Rombongan Rektor disambut oleh Bapak Ricky Ichsan, yakni Koordinator Fungsi Informasi dan Diplomasi Publik; Protokol dan Konsuler KBRI di ruangannya untuk bincang pembuka sambil menunggu jam meeting dengan Wakeppri.

            Kunjungan kali ini diikuti dengan formasi lengkap rombongan dari UIN Walisongo yang terdiri dari Wakil Rektor II Dr. Abdul Kholiq M.Ag.; Dekan FITK Dr. Ahmad Ismail M.Ag. dan Kepala International Office Nadiatus Salama M.Si., Ph.D beserta 3 asisten riset yang sedang bertugas di Vienna University (Luthfi Rahman MA; Mochamad Maola MA dan Nurul Uzdhma, S.Ag). Dalam kunjungan ini, rombongan selalu mendapat sambutan manis yang luar biasa, sejak awal kali masuk ke ruang tamu, diantar ke mushola hingga detik pertemuan dengan Wakeppri. Pegawai kedutaan begitu ramah dan melayani dengan sepenuh hati, seperti berjumpa dengan keluarga sendiri.

            Hingga tepat pukul 13 siang itu, Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag dan rombongan akhirnya dapat berjumpa dengan Wakeppri di ruang pertemuan. Bapak Alfiano begitu sumringah dan antusias menjabat tangan Bapak Rektor dan rombongan. Dalam pertemuan itu, Rektor menyampaikan maksud kunjungannya, yakni selain yang pertama sebagai silaturahmi dan kulo nuwun kepada KBRI di Austria, beliau juga berniat membuka pintu kerja sama antara UIN Walisongo dengan KBRI di Austria, terutama dalam hal akademik. Selain itu, Rektor juga menitipkan 3 asisten risetnya yang berada di Austria kepada KBRI supaya mendapat hubungan yang baik kedepannya perihal perizinan tinggal sementara, penyampaian informasi internasional dan lain-lain.

            Dalam perbincangan hangat kedua belah pihak, tema utama yang didiskusikan adalah perihal Dialog Lintas Iman yang ternyata juga secara antusias digaungkan oleh pemerintah Austria, terutama Kedutaan Besar Indonesia yang di Austria, mereka aktif melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan lintas keagamaan dan pluralism. Baru-baru ini, ternyata KBRI telah melakukan kerja sama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) tentang Islam dan Seni. karena tentu kita tahu bahwa Austria adalah negara dengan jutaan historis dan seni, kekayaan seni yang menjalar dalam bangunan arsitektur maupun music. Sehingga hal tersebut menjadi titik singgung dengan ISI untuk meningkatkan sensitivitas keseniann sekaligus memupuk nilai pluralism diantara keduanya. Selain itu juga KBRI bekerja sama dengan Ministry of Foreign Affairs Republic of Indonesia mengadakan Indonesia-Austria Interfaith Dialog Webinar on “Music as an Interfaith Bridge Builder” pada tanggal 29 November 2022 kemarin. Dalam webinar tersebut, sengaja dipilih pembicara-pembicara yang hebat, musisi, akademisi hingga pemuka agama baik dari Indonesia maupun Austria.

            Dengan begitu secara tidak langsung KBRI memiliki tujuan yang sama dengan UIN Walisongo, yang juga sedang menjadi salah satu universitas penggiat Moderasi Beragama di Indonesia. Bahkan dalam aksinya, UIN Walisongo memiliki Rumah Moderasi yang secara independent dan fokus melaksanakan berbagai kegiatan-kegiatan demi mempermudah universitas menuju misi moderasi beragama yang ia gaungkan. Karena bagaimanapun juga Indonesia hingga kini masih perlu diberikan kekuatan untuk menghadapi musuh, dalam artian lain adalah penguatan deradikalisasi terutama bagi mahasiswa dan pemuda, yang mana mereka adalah sasaran empuk musuh yang harus sigap ditolong dan dibentengi terlebih dahulu. Tidak hanya aksi terorisme yang perlu dicegah, namun juga karena kehetogenan bangsa baik kepercayaan, keimanan maupun budaya merupakan suatu tantangan tersendiri untuk selalu dan terus dikokohkan dalam persatuan.

            Sekilas membahas tentang interfaith dialog, Bapak Alfiano juga pernah menceritakan bahwa ketika masa sekolah di Prancis, beliau mendapat perlakuan diskriminasi dari penjual keju. Ketika akan membeli keju, sontak penjual keju bertanya mengenai agama Alfiano, setelah mengetahui bahwa ia muslim maka keju yang hendak dibeli, secepat kilat diambil dan menolak dibeli oleh Alfiano. Betapa Islamophobia begitu marak bahkan mempengaruhi perihal jual beli di masyarahat Eropa kala itu. Dalam diskusi tersebut, menurut Alfiano, sebenarnya Islam adalah agama yang ramah, namun kenapa hal-hal yang buruk dari salah satu atau dua oknum yang beragama Islam atau mengatasnamakan Islam yang menjadi actor atau lakon dari dalah kekerasan maupun kehancuran. Sehingga, Islam secara universal selalu dianggap buruk, kasar bahkan perusak. Padahal betapa banyak muslim yang juga menebarkan kebaikan, keramahan, kelembutan dan kasih sayang. Sehingga dari cerita tersebut betapa memang perlu dewasa ini untuk menggaungkan Islam ramah yang rahmatan lil `alamin. Setelah perbincangan Panjang, kemudian Rektor menanggapi dengan serius sambil mengatakan, “ke depan kerja sama dalam menyuarakan Islam Ramah di Eropa harus semakin dikuatkan dalam konteks akademik”.

           Semoga kerja sama antara UIN Walisongo dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Austria dapat terjalin dengan sebaik-baiknya, terutama dalam memberantas radicalism dan menggaungkan Islam ramah di tanah Eropa. Selain itu, semoga kerja sama yang hebat ini mampu mensyiarkan Islam sebagai rahmatan lil`alamin, juga menguatkan pundi-pundi pluralism dalam dialog lintas iman, tumbuh suburnya sikap saling menghargai, menghormati dan menyayangi perbedaan, baik itu kepercayaan, keberagamaan budaya maupun keyakinan. (Nurul Uzdhma Tastia).